Berpikir Kritis, Emansipatoris dan Dialektis pada Siswa Sekolah Menengah

Tapung, Marianus (2018) Berpikir Kritis, Emansipatoris dan Dialektis pada Siswa Sekolah Menengah. In: Leo Perik, SVD; Jembatan Peradaban. OBOR, JAKARTA, pp. 139-148. ISBN 978-979-565-833-7

[img] PDF
Download (551kB)

Abstract

Kami adalah angkatan 1988. Dalam group Whatsapp (WA) kami pun sepakat memberi nama: Sanpio ‘Densus’ 88. Rupanya penamaan terhadap group WA bukan suatu kebetulan. Dalam kilas balik memori, angkatan kami termasuk yang cukup dekat dengan ‘operasi’ intelijen yang menjadi bagian penting dari sistem kerja Detasemen Khusus. Tentu cara kerja spionase itu dalam skala dan konteks kehidupan sebagai siswa seminari, di mana-kami- dalam bahasa psikologi perkembangan sedang mengalami masa perkembangan dan mencari jati diri. Beberapa bentuk kerja ‘mata-mata’ seperti mencuri buah-buahan di gudang penyimpanan, memindahkan pisang yang sudah diperam orang lain di tempat yang berbeda, bolos untuk plesir ke borong atau ke rumah para guru, sengaja mengklaim kepemilikan kiriman rebok atau kompiang lalu mengundang pemilik yang sebenarnya untuk makan bersama (setelah kiriman dihabiskan baru diberi tahu kepada pemiliknya), sengaja mengedarkan surat korespondensi dari teman perempuan selama pelajaran berlangsung tanpa diketahui guru yang sedang mengajar, menulis secara bersama surat korespondensi (minta bantuan teman yang hurufnya bagus), menjarah makanan sisa dari patres yang akan dibawa kembali ke dapur. Dan masih banyak lagi perilaku bernuansa inteligen lainnya. Yang pasti kerja-kerja inteligen di atas menuntut kekompakan, kecermatan, kreativitas, kritisitas, soliditas, solidaritas, dan reponsibilitas di antara kami. Mirisnya, setelah dijejaki, tak ada satu pun dari antara kami yang berprofesi sebagai polisi, tentara atau intel (mata-mata). Kami sepakat bahwa apa yang kami lakukan dulu mungkin saja termasuk dalam kategori ‘menyimpang’ atau ‘tidak lazim’ bila dilihat dari sisi perkembangan moral yang normal. Namun di sisi lain, sebagai remaja lelaki normal kami merasa bahwa perilaku-perilaku tersebut justru ‘wajib’ kami alami. Selain perilaku di atas hendak mengafirmasi identitas sebagai remaja lelaki, tetapi ada nilai lain yang muncul secara tidak disadari, yaitu solidaritas, soliditas, kreativitas, kejujuran, tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial. Kami beranggapan, apa yang dulu kami lakukan masih masuk dalam kategori baik dan wajar bila ‘apple to apple’ dengan apa yang dilakukan oleh para remaja sekarang ini. Mungkin yang ada pada kami waktu itu adalah sudah cukup kuatnya kemampuan berpikir kritis. Sebab, selain karena kami merupakan siswa unggulan dari masing-masing sekolah dasar di Manggarai Raya, tetapi juga karena kuatnya suasana pendidikan kritis, baik formal maupun non formal yang kemudian terjadi di seminari. Dalam pelajaran bahasa Indonesia dan bahkan pelajaran lain (seperti juga dalam mapel Matematika dan bahasa Jerman yang diajarkan oleh Almarhum Pater Leo Perik), kami sudah dibiasakan dengan pendekatan dalam dunia jurnalistik, yakni 5 W + 1 H (What, Who, Where, When, Why dan How). Atau, kebiasaan untuk berdebat di kamar makan ketika seseorang memberikan pengumuman/menyampaikan ide, gagasan, kebijakan, atau program dari seksi kerjanya. Kebiasaan lain yang menumbuhkan kemampuan dan keterampilan berpikir kritis adalah program ‘sidang akademik’ pada minggu tertentu dalam bulan. Kegiatan ini banyak manfaatnya dari sisi pengembangan berpikir kritis, dialektis dan emansipatoris. Ketika seseorang atau sekelompok orang menyiapkan makalah untuk dipresentasikan dan diperdebatkan oleh forum, maka pada kesempatan itu pula terjadi pembentukan pola berpikir sistematis, berstruktur dan kritis. Kegiatan yang tak kalah penting lainnya adalah kreativitas yang tinggi dalam mengisi tulisan di majalah dinding dan masalah Puspita. Nah...bila ada di antara kami ada yang berprofesi sebagai pastor, pendidik, wartawan, birokrat, politisi, pengamat politik yang kritis, maka bisa jadi ini adalah dampak instruksional dan nurturan dari edukasi dan habituasi yang berskema berpikir kritis.

Item Type: Book Section
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Depositing User: Dr. Marianus Tapung
Date Deposited: 15 Feb 2022 03:30
Last Modified: 15 Feb 2022 03:30
URI: http://repository.unikastpaulus.ac.id/id/eprint/1075

Actions (login required)

View Item View Item